BIOTA LAUT SEBAGAI SUMBER OBAT

Standar

           (potensi sebagai sumber bahan baku obat untuk masa depan)

Biota laut merupakan suatu kekayaan alam dan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tak ternilai harganya. Telah banyak usaha dilakukan oleh peneliti-peneliti untuk menemukan sesuatu yang baru dari biota-biota laut. Awal dari penelitian yang tak kenal lelah ini yakni ketika ditemukannya senyawa bioaktif baru dari biota laut dan tidak pernah ditemukan dari biota darat (novel compounds).

Sejak dahulu,memang nenek moyang kita telah banyak memanfaatkan jenis tumbuhan sebagai bahan baku obat-obatan () , walaupun senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya tidak diketahui secara pasti. Sekarang , seiring dengan berkembangnya zaman, manusia terus menerus melakukan penelitian untuk mengungkap apa-apa saja yang terkandung dari jenis tumbuhan-tumbuhan tersebut termasuk juga tumbuhan-tumbuhan maupun hewan-hewan di laut. Selain dengan berkembangnya zaman, manusia juga didorong untuk melakukan penelitian-penelitian tentang obat-obatan mengingat bahwa semakin banyaknya jenis-jenis penyakit yang bermunculan pada saat ini dan mengakibatkan bertambahnya permintaan akan obat-obatan baru.

Peneliti-peneliti mulai menujukan perhatian pada penemuan obat-obatan dari laut sejak tahun 1970-an. Sebagai gambarannya, lebih dari 10.000 senyawa bioaktif telah berhasil diisolasi dari bioata laut dan sekitar 300 paten dari senyawa tersebut telah berhasil dipublikasikan dalam kurun waktu 30 tahun (1969-1999) (PROKSCH et al. Dalam YAN,2004). Penemuan senyawa – senyawa bioaktif baru dari laut ini sangat memiliki potensi sebagai bahan baku obat dan memberikan harapan baru untuk penanganan berbagai jenis penyakit yang belum ditemukan obatnya. Tulisan ini akan membahas beberapa kelompok senyawa bioaktif laut yang dapat digunakan untuk usaha pengobatan beberapa jenis penyakit.

  1. Senyawa-senyawa untuk penyakit kanker.

LAF389 asam amino yang diisolasi dari spons Jaspis cf.coriacea

Bryostatin-1 yakni asam amino yang diisolasi dari spons Bugula neritina.

Dolastatin-10 yakni peptida yang diisolasi dari moluska Dolabella auricularia.

Discodermolide yakni poliketida yang diisolasi dari spons Discoderma sp.

Squalamine lactate yakni aminosteroid yang diisolasi dari ikan hiu Squalus acanthias. Dll

(YAN,2004).

  1. Senyawa-senyawa untuk penyakit kronis.

Penyakit kronis merupakan masalah medis yang sering dialami oleh pasien. Dengan penemuan senyawa-senyawa bioaktif dari biota laut yang sedang tahap uji klinis, misalnya ziconotide dan AM336 (senyawa peptida yang diisolasi dari molusca) (YAN,2004) , maka ada harapan untuk penanganan penyakit kronis yang sering terjadi pada pasien yang bersumber dari biota laut.

  1. Senyawa-senyawa untuk tuberkolosis.

Beberapa senyawa utama yang sigunakan untuk penanganan tuberkolosis diantaranya (+)-8-hydroxymanzamine A yang pertama kali diisolasi dari spons Pachypelina sp. Yang telah diuji dan sangat manjur untuk mengatasi Mycrobacterium tubercolosis.

Senyawa-senyawa bioaktif diatas merupakan sedikit contoh bahwa dari biota laut dapat ditemukan berbagai senyawa aktif yang dapat dipergunakan untuk obat-obatan. Dan seperti yang ditulis sebelumnya bahwa, lebih dari 10.000 senyawa aktif yang diperoleh dari biota laut merupakan jumlah yang masih sedikit dengan mengingat Indonesia adalah negara yang 1/3 wilayahnya adalah laut. Bisa kita bayangkan bagaimana keanekaragaman biota-biota laut kita dengan luas laut sekitar 5,8 juta Km². Oleh karena itu kita pelajar-pelajar Indonesia, mari kita memulai semangat bahari untuk mengungkap kekayaan alam kita yang bersumber dari laut , karena kekayaan laut kita ini sangat memiliki potensi sebagai sumber bahan baku obat untuk masa depan. Usaha keras para peneliti sekarang yang tak kenal lelah telah juga telah berhasil menemukan berbagai jenis senyawa baru yang menunjukkan aktivitas biologik, terutama terhadap penyakit-penyakit yang mengerikan dan belum ditemukan obatnya. Kedepan akan tiba giliran kita sebagai penerus mereka untuk menemukan berbagai senyawa baru untuk kepentingan bersama dan masa mendatang.

Laporan Akhir Fieldtrip di Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat Mata Kuliah Sedimentologi

Standar

                                                                              BAB I

Pendahuluan

1.1              Latar Belakang

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan lapisan batuan karena pengendapan yang mengalami perpindahan dari tempat lain. Sedimentologi ini adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh pada proses perkuliahan di jurusan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Dan kegiatan ekskursi dan fieltrip ke Cirebon ini adalah salah satu kegiatan yang harus dipenuhi.

Batuan Sedimen adalah  adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan ( batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama yakni, pelapukan batuan (clastic), pengendapan (suspended), karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan pengendapan yang berlangsung secara terus menerus. Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi.

Endapan sedimen adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi. Sedimen umumnya diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi.

1.2              Tujuan

Tujuan dari ekskursi dan fieldtrip  ini adalah untuk memenuhi materi dan praktikum lapangan pada mata kuliah sedimentologi laut dan  untuk mengetahui dan memahami alat-alat / instrument yang digunakan dalam suatu pengambilan sampel sedimen serta beberapa cara dalam analisis besar butir sedimen  dan sebagai bahan referensi / informasi tentang study ilmu sedimentologi.

1.3              Lokasi

  1. Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat. Sebagai tempat awal pengambilan sampel.
  2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL) Jl. Kalijaga 101 Cirebon.

 

1.4              Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan praktikum lapangan untuk mata kuliah Sedimentologi ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 20 – 21 Juni 2011, berlokasi di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (PPPGL), Cirebon dan di daerah pelabuhan Cirebon, Adapun rangkaian kegiatan selama ekskursi adalah sebagai berikut :

  • Hari pertama. Senin, 20 Juni 2011
  1. Pengambilan sampel sedimen dasar laut.
  2. Penjelasan mengenai cara analisis sedimen.
  3. Eksursi ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Laut (P3GL).
  • Hari Kedua. Selasa, 21 Juni 2011
  1. Ekskursi ke kapal Geomarin III

1.5           Tinjauan Pustaka

    Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan yang terbentuk oleh pengendapan. Sedimentasi adalah proses berlangsungnya pengendapan terhadap butiran batuan pada suatu daerah yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser  dan sedimen adalah material padat yang terjadi akibat sedimentasi.Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai . Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.3. Hidrogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.

Sedimen dapat diklasifikasikan dalam beberpa kelompok berdasarkan ketentuan tertentu, di antaranya:

  1. Ukuran partikel sedimen.
  2. Asal sedimen.
  3. Tekstur.
  4. Bentuk butir dan komposisi material pembentuknya

Begitu juga, Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis, yakni :1. Sedimen Biogenik PelagisDengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.2. Sedimen Terigen PelagisHampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas material-material yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.

                                                                              BAB II

                                                                 Metode Penelitian

 

2.1       Metode Penentuan Titik Lokasi Pengambilan Sample

   Pengambilan sampel ini diawali dengan penentuan titik sampel yang sebelumnya telah ditentukan oleh pemandu dari pihak P3Gl Cirebon. Cara penentuan titik lokasinya yakni dipermudah dengan adanya alat GPS.

Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi adalah Global Positioning System (GPS), yaitu perangkat yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit. Perangkat GPS modern menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern dalam navigasi di darat, kapal di laut, sungai dan danau serta pesawat udara. Jadi GPS ini sangat berperan penting untuk penentuan titik lokasi pengambilan sample.

2.2       Metode Pengambilan Sample

Grab sampler diturunkan oleh mahasiswa ketika sesaat setelah kapal berhenti. Hingga grabnya dirasa sudah menyentuh dasar, Kemudian grab sampler sedikit digoyangkan agar mulutnya menutup dan Setelah itu, grab sampler ditarik kembali ke atas perahu. Sampel yang ada dalam grab sampel dituangkan ke dalam sebuah wadah lalu dimasukkan ke kantung plastik dan diberi label. Lalu letakan sampel yang telah dimasukkan kedalam kantong tadi ketempat yang aman.

2.3       Metode Analisis Sample

Metode Penelitian Laboratorium

Penelitian di laboratorium ditekankan kepada analisa besar butir berdasarkan contoh batuan yang diambil selama di lapangan. Dalam melakukan analisa besar butir ini dapat dipakai salah satu metode, yaitu metode ayakan yang berguna untuk mengetahui penyebaran frekuensi besar butir.

Metode Ayakan

            Analisa besar butir ini pada umumnya berdasarkan kepada teori-teori kecepatan pengendapan partikel (settling velocity of particle), analisa ayakan dan beberapa teori lainnya. Teori kecepatan pengendapan partikel lebih cocok digunakan pada butir-butir batuan yang relatif lebih halus, sedangkan butir-butir batuan yang lebih kasar lebih cocok digunakan teori ayakan. Teori ayakan ini mulai dipergunakan pada tahun 1704 (Krumbein, 1932).

            Dalam analisa ayakan diperlukan butiran-butiran batuan sedimen yang benar-benar lepas, sehingga batuan sedimen klastik yang telah mengalami kompaksi perlu diuraikan menjadi butiran-butiran lepas. Dan penguraian batuan sedimen ini dapat diuraikan secara fisik dan kimiawi. Dalam melakukan analisa besar butir khususnya analisa ayakan sebenarnya tidak sederhana seperti dalam prakteknya.

            Beberapa seri ayakan yang dapat digunakan dalam analisa besar butir, diantaranya adalah ASTM Sieve series, Tyler Sieve series dan IMM Sieve series masing-masing mempunyai lubang bukaan yang berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan sieve yang akan digunakan.

 

Skala Besar Butir

            Dasar dari metode ayakan adalah bahwa butiran dibagi atas selang-selang kelas yang dibatasi oleh besarnya lubang ayakan. Penyebaran kumulatif dari besar butir dalam hal ini adalah yang lebih kasar yang tersangkut. Set dari ayakan ini banyak yang dipergunakan dalam teknik dan ada beberapa macam skala besar butir yang sering dipergunakan dalam analisa ukuran besar butir, anatara lain:

  • Skala besar butir “Udden dan Wentworth”
  • Skala besar butir “Attenberg”
  • Skala besar butir “Enginering”

Dalam analisa besar ukuran butir, macam sklala besar butir yanga akan dipergunakan dapat dipilih salah satunya dari skala besar butir yang tersebut di atas. Selain skala-skala tersebut di atas, juga disajikan skala besar butir LBPN-LIPI. Skala besar butir yang sering digunakan adalah skala besar butir berbentuk logaritma yang merupakan deretan angka-angka hasil minus logaritma dan disebut dengan skala ‘phi’.

σ (phi) = -2 log d

dimana d adalah diameter menurut skala Wentworth (Krumbein, 1934).

 

 

              Hasil dan Pembahasan Praktikum

Stasiun 1

Posisi          : S= 06°43’36,5”

E= 108°35’35,9”

Waktu        : 6-7 menit

Kedalaman : 3,5 meter

Jenis sedimen  : lempung sangat halus

Warna         : abu kehitaman dan coklat

Lokasi masih dekat dengan pantai

Stasiun 2

Posisi          :  S= 06°43’24,8”

E= 108°36’48,6”

Waktu        : 15 menit

Kedalaman : 9 meter

Jarak           : 300 meter-400 meter

Jenis sedimen  : lanau-butiran halus

Warna         : abu-abu kehitaman

Stasiun 3

Posisi          : S= 06°42’24,6”

E= 108°37’22,0”

Waktu        : 15 menit

Kedalaman : 10 meter

Jarak      : 300-400 meter

Jenis sedimen  : lempung

Warna    : abu-abu kehitaman

 

 

 

              Warna Cerah atau kecoklatan menandakan adanya pengaruh dari sedimen sungai/masih  baru, sedangkan  warna Kehitaman menandakan proses pengendapan sedimen yang sudah cukup lama, Kehitaman dan kurang menarik menandakan pencemaran dari batu bara.

              Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi jenis-jenis sedimen di atas adalah :

  1. Morfologi pantainya rendah
  2. Banyak mendapat pengaruh dari aliran sungai diantaranta sungai cimanuk, tangkal dan penggambiran sehingga proses terjadinya sedimentasi cepat
  3. Arus dan gelombang tidak terlalu kencang/ cukup tenang
  4. Adanya jetty
  5. Pencemaran dari air ballast

Kegiatan analisis sedimen dilakukan di laboratorium milik PPPGL Cirebon. Terdapat dua metode yang yang dilakukan pada kegiatan ini, yaitu grained size dan analisis pipet. Metode grained size dilakukan untuk menganalisis sedimen yang kasar, sedangkan analisis pipet digunakan pada sedimen yang halus.

Metode grained size dilakukan melalui proses pengayakan. Sedimen yang diperoleh dikeringkan dengan oven selama kurang lebih dua hari. Setelah itu, sedimen tadi diukur besar butirannya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan ayakan yang terdiri atas 13 susun. Tiap ayakan memiliki ukuran f (phi) yang berbeda-beda, yakni 4f, 3.5f, 3f, 2.5f, 2f, 1.5f, 1f, 0.5f, 0f, -0.5f, -1f, -.1.5f, dan -2f. Lama proses penyakan ini biasanya berkisar antara 10-15 menit. Pada akhirnya, butiran sedimen yang paling kasar akan berada pada ayakan pertama (paling atas), sedangkan butiran sedimen yang paling halus akan berada pada ayakan terakhir (paling bawah). Setelah pengayakan selesai, maka hasil ayakan tadi masing-masing dipindahkan ke wadah berupa mangkuk dan dipisahkan menurut ukuran butirannya. Setelah itu, sampel sedimen yang telah dipisahkan tadi ditimbang menggunakan timbangan digital.

                                         

                                                          Ekskursi ke Geomarin III

Kapal ini mempunyai panjang 61,7 meter dan kecepatan maksimum sebesar 13,5 knot dengan daya jelajah selama 30 hari. Kapal yang memiliki lebar 12 meter juga tinggi geladak 6 meter ini memiliki mesin utama dua unit tipe medium dan berkekuatan 2×1000 HP dengan komplemen 51 orang. Kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan survei seperti sistem navigasi dan posisi, peralatan survei geologi, geofisika, dan oceanografi, laboratorium geologi dan geofisika, bengkel elektronika dan mesin, serta peralatan selam.

Kesimpulan Dan Saran

4.1       Kesimpulan

  1. Ada dua cara untuk menganalisis sedimen (berdasarkan ukuran) yaitu metode grained size dan analisis pipet.
  2. GPS merupakan suatu perlengkapan modern untuk navigasi yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit. Sangat dibutuhkan pada saat melakukan sampling karena berkaitan dengan letak posisi pengamatan.
  3. Jenis sedimen yang terdapat di perairan Cirebon ini banyak mendapat pengaruh dari aliran sungai diantaranya sungai cimanuk, tangkal dan penggambiran sehingga proses terjadinya sedimentasi cepat.
  4. Grab Sampler adalah alat yang sesuai untuk pengambilan sampel sedimen pada perairan yang tidak terlalu dalam.

 

4.3       Saran

Dalam pelaksanaan praktikum lapangan selanjutnya, hendaknya persiapannya lebih matang, terutama pada saat akan melakukan pengambilan sampel harus memperhatikan estimasi waktu, sehingga targetan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai. Selain itu, untuk kegiatan analisis sampel sebaiknya mahasiswa ikut berpartisipasi melakukan kegiatan analisis, sehingga mahasiswa menjadi lebih mengerti dan terampil dalam mengerjakan analisis, tidak hanya sekedar mendengar teori ataupun melihat proses yang sedang berlangsung.

 

Daftar Pustaka

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Grasindo: Jakarta.

Muawanah, Umi dan Agus supangat. 1998. Pengantar Kimia dan Sedimen Dasar

Laut. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan: Jakarta.

Anonim. 2010. Partikel Sedimen. http://k-o-n-inews.blogspot.com/search/label/MATKUL_SEDIMENTOLOGI

Wahyuni, Dwi.2009.Kapal Riset Geomarine. http://www.detikfinance.com/

Anonim.2010.Praktikum Mata Kuliah Sedimentologi Laut. http://k-o-n-inews.blogspot.com/search/label/LAPORAN

Panggabean, Donwill.2008.Hydro-acustic2. http://chamelon themustang.blogspot.com/2008/04/hydro-acoustic-2.html

 

 

“HUTA SIBUTTUON”

Standar

sudah lama ga pulang kampung, tetapi dengan melihat peta yang buram ini sudah cukup memuaskan kerinduan kepada kampung halaman… 😀
inilah kondisi kampung halaman saya setelah 2 tahun saya tinggalkan.

 

gambar 2.

gambar 3

gambar 4 [ masihol do iba hu seddam puang] hahaha

gambar 5. [tempat marbola kaki]

gambar 6. [ Gang Suntuk]

gambar 7.

gambar 8. ” LOS ”

gambar 9. sian helikopter..hahaha

gambar 10. Nagori 1 Nagori 2

gambar 11.

gambar 12. “cabe na marmulsa”

gambar 13.

gambar penutup… “sian Huta Sibuttuon on ma au magodang puang”..
horasss buat teman-teman sibuntuon.. 😀 “God Bless Us”..

MAULIATE……

 

 

 

 

 

 

 

Energi,Habitat,Relung,dan Adaptasi

Standar
  1. ENERGI

Energi dapat difenisikan sebagai daya kerja atau tenaga, energi berasal dari bahasa Yunani yaitu “energia” yang artinya kemampuan untuk melakukan usaha. Energi merupakan besaran yang kekal, artinya enegi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Energi dibutuhkan semua mahluk hidup dibumi, baik itu untuk manusia dan hewan yakni, untuk bekerja atau bergerak, maupun untuk tumbuhan darat atau laut yakni, untuk berfotosistesis dan bertumbuh. Banyak bentuk-bentuk  energi yang ada di bumi diantaranya :

  • energi mekanik
  • energi listrik
  • energi elektromagnetik
  • energi kimia
  • energi nuklir
  • energi thermal

Energi ini pada hakekatnya dalam organisasi kehidupan sangat memegang peranan yang sangat penting. Pada tingkat ekosistem  terjadi proses-proses sirkulasi materi, sirkulasi energi, akumulasi energi, dan akumulasi materi melalui organisme. Ekosistem juga merupakan suatu sistem yang terbuka dan dinamis dan keluar masuknya energi dan materi bertujuan mempertahankan organisasi kehidupan dapat  mempertahankan fungsinya. Di daerah darat maupun perairan, energi ini sangat menaruh peranan penting sehingga perlu adanya siklus energi ysng konstan,seimbang dan berkelanjutan. Begitu juga Masing-masing komponen biotik memiliki peran masing-masing yang bertujuan untuk mempertahankan siklus materi dan energi dalam ekosistem. Sedangkan komponen abiotik berupa zat-zat anorganik dalam suatu ekosistem tetap konstan atau seimbang, karena unsur-unsur kimia esensial pembentuk protoplasma beredar dalam biosfer melalui siklus biogeokimiawi. Contoh siklus biogeokimiawi adalah siklus carbon, siklus oksigen, siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus sulfur.

Gbr.Siklus energi pada mahluk hidup

 

2. Habitat

Habitat makhluk hidup adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya dapat bermacam-macam, seperti perairan, daratan, hutan atau sawah. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem. Bagi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya, sebagai habitat selain lokasi atau tempat yang bersifat fisik juga berbaga jenis hubungan (asosiasi) yang terjadi dalam habitat tersebut. Pada umumnya tumbuhan dan makhluk hidup lainnya mempunyai preferensi ekologi (persyaratan faktor ekologi yang dibutuhkan untuk hidupnya yang sesuai) tertentu. Misalnya tumbuhan mangrove mempunyai preferensi ekologi habitat rawa payau di tepi pantai yang berlumpur dengan salinitas bervariasi sesuai dengan frekuensi, kedalaman dan lumpur, dan ketahanan jenis mangrove terhadap arus dan ombak.

Berbagai jenis tumbuhan mempunyai habitat yang berbeda-beda, serupa atau sama sesuai dengan preferensi ekologinya. Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu :

1. Habitat mikro

merupakan habitat lokal dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya.

2. Habitat makro

merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan tropika, dan sebagainya.

Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu spesies. Keadaan atau kondisi habitat dapat kita lihat pada ilustrasi gambar berikut :

3. RELUNG

Joseph Grinnell adalah orang pertama yang mengemukakan tentang istilah relung (nische) pada tahun tahun 1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut dengan mikrohabitat. , Grinnell mengatakan bahwa setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan oleh Grinnell inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, jika kita mengatakan relung habitat dari ikan, maka kita akan menjelaskan mikrohabitat ikan tersebut. Dengan demikian kita harus menjelaskan pada suhu,salinitas dan kedalaman berapa ikan hidup, apakah dia tahan terhadap perubahan salinitas, dan sebagainya.

Charles Elton (1927), menyatakan bahwa relung merupakan fungsi atau peranan spesies di dalam komunitasnya. Maksud dari fungsi dan peranan ini adalah kedudukan suatu spesies dalam komunitas dalam kaitannya dengan peristiwa makan memakan dan pola-pola interaksi yang lain. Ini  disebut dengan relung trophik. Sebagai contoh kalau kita menyatakan relung trophik dari ikan tongkol, maka kita harus menjelaskan bahwa ikan tongkol itu makan apa dan dimangsa oleh apa, apakah dia herbivora, karnivora, atau omnivora,dan sebagainya.

Hutchinson(1958) menyatakan bahwa relung adalah kisaran berbagai variabel fisik dan kimia serta peranan biotik yang memungkinkan suatu spesies dapat survival dan berkembang di dalam suatu komunitas. Inilah yang disebut dengan relung multidimensi (hipervolume). Sependapat dengan pengertian relung ini, maka Kendeigh (1980) menyatakan bahwa relung ekologik merupakan gabungan khusus antara factor fisiko kimiawi (microhabitat) dengan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu spesies untuk aktifitas hidup dan eksistensi yang terus menerus di dalam komunitas. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa relung multidimensi merupakan gabungan dari relung habitat dan relung trophik.

Odum (1971) mengetengahkan konsep /relung azasi yang dinyatakan sebagai hipervolume yang sangat kompleks (n-hipervolume) yang berpenghuni abstrak maksimum bila suatu spesies tidak terhambat oleh spesies yang lain. Di samping itu, Odum (1971) menyatakan bahwa relung nyata adalah hipervolume yang lebih kecil yang dihuni oleh sejumlah individu yang masih mungkin mendapat pengaruh/hambatan dari spesies lain.

 

4. ADAPTASI

Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:

  • memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
  • mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
  • mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
  • bereproduksi.
  • merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Mahluk hidup atau organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan cenderung menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi :

1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi ikan hiu, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging atau mangsa. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.

2. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.

 

 

sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Relung

http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/24/pengertian-relung-ekologi/

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2132323-ekosistem-aliran-energi/#ixzz1ION395nH

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/pengertian-dan-batasan-habitat.html

http://blogs.unpad.ac.id/dedetresna/?p=8

http://www.forumsains.com/biologi-smu/pengertian-adaptasi/

 

 

APA ITU FJORD??

Standar

Mungkin sebagian besar manusia memiliki rasa suka terhadap pemandangan, baik itu pemandangan yang ada di darat maupun yang ada di laut. Di laut tentunya kita dapat menikmati berbagai keindahan pemandangan sekitar pantai, salah satu contohnya yakni Fjord ini. Fjord adalah  bagian daerah yang sempit dari laut yang ada di antara tebing-tebing atau bukit-bukit terjal atau gunung sekitar laut. Berikut ini gambar dari fjord :

Secara geologis, fjord yang memiliki keindahan pemandangan ini terbentuk ketika gletser memotong lembah berbentuk U dengan abrasi dari batuan dasar sekitarnya. Akibat dari abrasi ini maka terbentuklah bukit-bukit yang saling berhimpit dan dilalui/digenangi air. Fjord biasanya lebih dalam dibandingkan daerah laut yang berdekatan disekitarnya. Kedalaman dari fjord bisa mencapai sekitar 1.300 m di bawah permukaan laut. Akibat dari adanya pengaruh gletser di sekitar fjord ini, menyebabkan arus didaerah fjord ini cenderung ekstrim dan memiliki salinitas yang cenderung lebih tinggi daripada laut yang berdekatan disekitarnya. Menurut Atle Nesje, “gletser berpengaruh terhadap fjord, dan indikasi erosi yang paling banyak adalah di sekitar fjord” , di bagian overdeepening dasar fjord ini memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi, dimana sedimen tersebut banyak terkikis dari bukit-bukit atau pegunungan yang mengapit fjord ini.

 


Sebagai contoh, fjord Sognefjord di Norwegia ini membentang 205 kilometer (127 mil). Kedalamannya mencapai 1308 meter (4291 kaki ) di bawah permukaan laut, dan memiliki lebar sekitar 2.8 mil.

Selain fjord laut atau fjord yang memiliki air asin, fjord juga ada yang memiliki jenis air tawar, atau sering disebut fjord air tawar. Fjord air tawar ini biasanya terbentuk di daerah pegunungan yang mengalir saluran es melalui lembah-lembah sempit. Salah satu Fjord air tawar/fjord danau dapat ditemui di sekitar pantai timur laut Teluk Georgia dari danau Huron di Ontario, Newfoundland Gros Morne.

Fjord air laut maupun Fjord air tawar ini cenderung memiliki nilai ekonomis, selain dapat dikategorikan menjadi tempat parawisata yang menarik, tetapi fjord ini kaya akan sedimen yang menarik untuk diteliti oleh para peneliti untuk mengungkap keberadaan minyak bumi ataupun jenis mineral-mineral bumi. Disamping itu, di sekitar fjord ini juga terdapat terumbu karang dan juga berbagai jenis ikan. Di Indonesia yang merupakan negara maritim, tidak ada dijumpai jenis Fjord. Hal ini dikarenakan, indonesia memiliki iklim tropis dan tidak ditemukan gletser.

Fjord terpanjang didunia adalah :

  1. Scoresby Sund in Greenland—350 km (217 mi) Scoresby Sund di Greenland-350 km (217 mi)
  2. Greely/Tanquary Fiord in Canada—230 km (143 mi) Greely Tanquary Fiord / di Kanada-230 km (143 mi)
  3. Sognefjord in Norway—203 km (126 mi) Sognefjord di Norwegia-203 km (126 mi)

Fjord terdalam di Dunia adalah :

  1. Skelton Inlet di Antartika-1, 933 m (6342 ft)
  2. Sognefjord in Norway—1,308 m (4,291 ft) (the mountains then rise to up to 1,000 m (3,281 ft)) Sognefjord di Norwegia-1, 308 m (4291 ft) (pegunungan kemudian naik ke hingga 1.000 m (3281 ft))
  3. Messier Channel in Chile—1,288 m (4,226 ft) Messier Channel di Chile-1, 288 m (4226 ft)

“keindahan menurut seseorang tergantung dari sudut pandang dari orang tersebut ,begitu juga halnya terhadap laut, laut itu akan terasa indah dan  tidak menyeramkan jika dipandang dengan jiwa cinta bahari”.

{Irfan A Silalahi}

“Ilmu Kelautan” Berawal Dari Ekspedisi

Standar

“Ilmu Kelautan” Berawal Dari Ekspedisi

Di dunia bagian barat seperti inggris,belanda ,perancis kata “lautan disebut sebagai ocean yang berasal dari bahasa latin yakni “oceanus” yang berawal dari kata yunani kuno yakni “okeanoe”. Pada awalnya kata okeanoe adalah kata sebutan untuk laut yang memisahkan daratan Eurasia dari daratan Afrika,tetapi tidak termasuk dalam kawasan laut tengah. Dalam cerita rakyat Yunani kuno, okeanoe dianggap sebagai pengejawantahan dari Dewa Oceanus yang turun kebumi dari planet Uranus kemudian menikah dengan Dewi Bumi Gaia. Sedangkan di Indonesia dikenal adanya anggapan rakyat Nusantara zaman Hindu atas keberadaan dewa laut yang disebut sebagai Baruna.

 

 

 

 

 

 

 

Gbr. patung Dewa Oceanus

 

 

 

 

 

 

 

Gbr. Sketsa Dewi Gaia

Kembali kejudul tentang awal “ilmu kelautan”. Ilmu kelautan merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang masih terus berkembang sampai saat ini sejak dilakukannya ekspedisi laut yang pertama kali. Ekspedisi laut yang pertama kali yakni dikenal sebagai ekspedisi Chalenger. Ekspedisi Chalenger merupakan ekspedisi laut yang pertama kali dengan mengelilingi dunia sejak tahun 1872 – 1876 yang menggunakan kapal layar yang dilengkapi dengan mesin uap berkapasitas kira-kira 1234 tenaga kuda. Kegiatan ilimiah yang pertama kali itu dilatarbelakangi adanya teori yang berlaku pada saat itu, yakni pada teori tersebut dikatakan bahwa “ Tidak mungkin ditemukan adanya bentuk-bentuk kehidupan pada kedalaman lebih dari 600 meter dpl (dari permukaan laut)”.

Bahkan pada saat itu, beberapa abad sebelum era Chalenger, manusia masih menganggap dunia sebagai bidang datar dan laut masih dianggap sebuah misteri yang tidak mungkin disebrangi lewat cakrawala. Setelah adanya anggapan bahwa dunia ternyata bukan sebagai bidang datar,tetapi berbentuk bulat seperti bola, maka sejak itulah peradaban manusia maju beberapa langkah. Banyak pelaut bangsa Eropa mengarungi lautan serta mulai menemukan benua-benua baru sehingga menguasai pasaran rempah-rempah. Sayangnya hadirnya peradaban baru tersebut dibarengi dengan era kolonialisme yang bercokol di berbagai wilayah penghasil rempah-rempah selama berabad-abad, termasuk juga halnya si kawasan Nusantara. Ketika pada era kolonialisme tersebutlah Chalenger membuat sejarah baru di bidang ilmu pengetahuan.

Kapal peneliti yang dilengkapi dengan beberapa ruangan laboratorium tersebut telah berhasil mengukur dan juga mengumpulkan data-data arus, suhu, salinitas, contoh sedimen dari dasar laut, plankton, serta mengkoleksi sekitar 4717 spesies baru organisme laut dari berbagai stasiun pengamatan di  seluruh perairan laut di dunia kecuali di Laut Arktika. Nah,,sejak adanya ekspedisi Chalenger inilah lahir sebuah ilmu pengetahuan baru, yang banyak diteliti peneliti-peneliti sejak dahulu, ilmu pengetahuan itu yakni “Ilmu Kelautan”.

Gbr.Sketsa Kapal ekspedisi Chalenger (1872-1876)

Sedikit membahas tentang defenisi Ilmu Kelautan sebagai cabang ilmu baru yang ada setelah adanya ekspedisi Chalenger ini, “ilmu kelautan dapat diartikan sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu ihwal laut baik dari sisi fisika, kimia laut, maupun biologi laut. Orang yang melakukan studi kelautan bisa disebut sebagai peneliti laut. Dan jika memakai bahasa saya “seorang mahasiswa kelautan/peneliti laut boleh jadi dia dikatakan sebagai pelaut, tetapi seorang pelaut belum tentu boleh dikatakan berstatus sebagai mahasiswa kelautan/peneliti laut.

Sejak abad ke – 19 ,penelitian-penelitian tentang laut mulai dilakukan orang dan akan terus berlangsung karena masih banyak misteri yang belum semuanya dapat terungkap. Beberapa ekspedisi laut yang cukup dikenal antara lain :

1.      Ekspedisi Chalenger , merupakan awal dari kegiatan penelitian laut yang mengelilingi dunia yang dilakukan dari inggris selama tiga setengah tahun yang dimulai pada bulan Desember 1872.

2.      Ekspedisi Rumpius , ekspedisi Baruna 1 dan Baruna II, Ekspedisi Snellius yang semuanya pernah berlangsung di perairan Indonesia. Pada Ekspedisi Snellius tersebut, para peneliti Belanda bersama dengan peneliti Indonesia melakukan studi di perairan Hindia, khususnya selatan pulau Jawa.

3.      Ekspedisi Atlantis II

4.      Ekspedisi yang dilakukan oleh tim gabungan dari Prancis dan Amerika pada sekitar tahun 1960-an di sekitar palung Mariana yang memiliki kedalaman sampai 11.000 meter dpl.

5.      Operation Drake Scientific Expedition , mengelilingi dunia dan singgah di Indonesia menggunakan kapal layar motor EYE OF THE WIND. Saat singgah di Indonesia para peneliti laut Inggris inipun melakukan penelitian bersama dengan peneliti Indonesia, pada tahun 1980.

6.      Ekspedisi kelautan yang dilakukan tim gabungan dari Prancis dan Indonesia pada sekitar tahun 1990-an menggunakan kapal motor CORYNDON di perairan Indonesia.

7.      Ekspedisi Kelautan menyebrangi samudra Pasifik dari Indonesia menggunakan kapal Kayu PHINISI (kapal layar motor) sampai pelabuhan Vancouver di Canada.

8.      Ekspedisi kelautan untuk tapak tilas rute kayu manis yang pernah diperdagangkan oleh nenek moyang Indonesia pada jaman Hindu/Budha menggunakan kapal kayu layar NUSANTARA dengan bentuk seperti relief candi borobudur, dari Indonesia ke Madagaskar yang berangkat pada bulan Agustus 2003.

Dari beberapa ekspedisi ini bererti dapat disimpulkan bahwa manusia tidak terlalu memandang lagi bahwa laut merupakan sebagai tempat yang mengerikan ataupun sebagai tempat buangan ahir sampah dan limbah. Tetapi untuk negara-negara maju telah lama memanfaatkan laut mereka sebagai ladang dan sumber kekayaan alam yang tidak ada di temui di daratan.

Ahir kata dari tulisan ini saya ucapkan “ JALESVEVA JAYAMAHE” !!!!

Gbr. Kapal PHINISI NUSANTARA

Gbr. kapal kayu layar NUSANTARA

Gbr. Kapal motor CORYNDON

Daftar Pustaka

Wibisono, M. S (2005), “Ilmu Kelautan”. Jakarta ; Gramedia Widiasarana Indonesia.

http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=s&biw=1024&bih=576&tbs=isch:1&aq=f&aqi=&oq=&q=kapal%20motor%20CORYNDON

http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=s&biw=1024&bih=576&tbs=isch:1&sa=X&ei=DOCFTZmVCc6WcdDJ2JsD&ved=0CC8QBSgA&q=dewi+gaia&spell=1

http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&biw=1024&bih=576&tbs=isch%3A1&sa=1&q=dewa+oceanus&aq=f&aqi=&aql=&oq=

http://www.google.co.id/images?um=1&hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&biw=1024&bih=576&tbs=isch%3A1&sa=1&q=Kapal+PHINISI+NUSANTARA&aq=f&aqi=&aql=&oq=